Dalam
Islam, mendidik anak adalah hal yang sangat penting. Ketika anak
baru lahir, semua orang terutama orangtua, berdoa agar kelak anak menjadi anak shaleh/shalehah. Tetapi
sejauh mana kita sebagai orangtua sudah berusaha mewujudkan doa tersebut?
“Didiklah
anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (Ali
bin Abi Thalib).
Kata
bijak di atas sepertinya menunjukkan bahwa mendidik anak hal yang sangat sulit
untuk diwujudkan, apalagi di zaman sekarang dengan perkembangan teknologi di
berbagai bidang. Ada hal-hal dasar yang kita harus kembangkan, misalnya
bagaimana agar ia menjadi anak yang kuat imannya, baik akhlaknya, dan kuat
ilmunya. Iman dan ilmu akan membuat anak kelak mampu bertahan serta
senantiasa memiliki jalan ikhtiar untuk setiap permasalahan yang ia
hadapi. Dan salah satu dasar menjadikan anak kuat imannya yaitu mengajarkan kejujuran
Sebagai
orangtua, kita selalu merasa bahwa sudah selalu mencontohkan kejujuran sejak
anak kecil. Tapi terkadang lupa dengan beberapa hal kecil yang mebuat
mereka tidak jujur. Di bawah ini ada beberapa sikap orangtua yang
mendorong anak berlaku tidak jujur :
1. Memaksa
Anak Berprestasi
Memaksa anak berprestasi sesuai keinginan
orangtua. Melihat rapor anak kita nilainya bagus senang bukan?
Pernahkah kita menghargainya, seandainya dia tidak mendapat prestasi
seperti yang kita bayangkan? Orangtua perlu belajar menghargai
apapun prestasi anak.
Emaks, mencontek di sekolah ketika ulangan juga tindakan yang tidak
jujur. Kenapa ada anak yang mau melakukannya? Karena anak ingin
mendapatkan nilai bagus dan kita mendorongnya melakukan itu. Mereka ingin
kita memandangnya anak pintar. Padahal anak hanya perlu dimotivasi untuk
belajar, bukan mendapat nilai bagus. Tidak semua anak harus mendapat
nilai akademis bagus. Mereka mempunyai keahlian di bidangnya
masing-masing.
Pernahkah
Emaks mengantar anak ikut lomba mewarnai ketika usia mereka balita sampai 9
tahun? Saya pernah beberapa kali ketika anak-anak saya masih kecil.
Pertama kali saya kaget. Panitia sudah memberi garis batas untuk orantua
yang menunggu. Namun, banyak orangtua yang terus mendampingi anaknya dan
memberi instruksi mewarnai yang baik pada anaknya. Terkadang instruksi
diberikan dengan emosi. Orangtua ingin hasil gambar anaknya bagus bahkan
jadi juara. Sadarkah kita itu perbuatan tidak jujur? Mengajak anak
untuk melanggar aturan yang sudah dibuat oleh panitia. Biarkan meraka
berusaha sendiri sesuai kemampuannya.
2. Membantu Anak Menyelesaikan Semua Masalahnya
Membantu anak menyelesaikan tugasnya.
Ketika masih usia prasekolah, orangtua ingin anak bisa menulis.
Namun, ketika pelajaran menulis, anak dibantu menuliskannya karena Emaks tidak
sabar. Masuk usia SD, anak tidak bisa mengerjakan PR Matematika, orangtua sibuk membantu
menghitung, bukan mengajarkan. Mereka bisa dibiarkan mengerjakan
sendiri tanpa dibantu menghitung atau menulis. Yang penting, orangtua
ikut membimbing. Guru di sekolah akan mengerti kalau PR nya masih ada yang
salah. Artinya, pelajaran tersebut masih harus diulang. Membantu
anak mengerjakan PR (bukan
membimbingnya) dan menganggap hal tersebut dikerjakan oleh anak, berarti secara
tidak langsung sudah mengajarkan anak tidak jujur.
3. Memaksa Anak Sekolah Favorit
Memaksa
anak di sekolah favorit.
Orangtua akan bangga jika anak berhasil lulus seleksi masuk sekolah favorit. Ketika anak tidak berhasil, merupakan
pukulan buat orangtua. Malu rasanya.. Kok anakku tidak sehebat anak
tetangga ya? Emaks lupa, bawa segala sesuatu sudah ada takdir Nya.
In sya allah itu lebih baik untuk orangtua dan anak. Terus, emaks
melakukan berbagai cara agar anak tetap bisa sekolah di sekolah favorit. Jangan
Maks! Masih banyak sekolah lain yang pasti cocok dan lebih baik.
Mungkin anak bisa lebih berprestasi di sekolah lain.
Dengan
“cara lain” masuk sekolah favorit,
orangtua mengajarkan anak berlaku curang dan kelak akan diingatnya.
Menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan . Dampak yang paling
dekat adalah anak semakin malas berusaha untuk mencapai tujuannya. Kan
ada orangtua yang selalu siap membantu.
Tiga hal
di atas menjadi “PR” besar bagi
kita sebagai orangtua dalam mempersiapkan anak menjadi mandiri dan berakhlak
baik. Tiga hal yang terkadang masih kita lupakan. Maka, di sini
perlunya orangtua selalu belajar dan belajar. Menjadikan anak kita
siap untuk menghadapi zamannya. Ayo belajar!
sumber gambar : broadcast.web.id